Jumat, 31 Oktober 2008

HIJAUKAN TANAH INI

Ketika pohon-pohon nan hijau bertumbangan
udara mulai memanas nan menyengat
Air dan lautan mulai keruh menghitam
Penghuni dalam lautan meratap sekarat tak berdaya
Tanah mulai meradang gersang dan berasap tebal
Binatang-binatang punah korban pembantaian brutal manusia
Dan terakhir manusia-manusia musnah korban pembantaian keserakahan
Bayangkan…, begitu seram masa depan tanah ini.

Aneh…, justru manusia-manusia saling menuding dan saling berkata benar
Nyatanya tanah ini merintih, merana, dan berdarah
Adakah suatu hukum yang adil ditanah ini ?
Atau suatu hukum sedang sembunyi ketakutan ?
Gara-gara kelompok manusia serakah yang kejam
Berakibat pembantaian masal hewan-hewan, pepohonan, dan manusia sendiri
Jika terlihat kelompok manusia sedang membantai keji hutan hijau
Tembak sajalah!

Hijaukan tanah ini !
Demi manusia-manusia , demi hewan-hewan, demi penghuni dalam lautan
demi pepohonan nan rindang, demi masa depan anak-anak bangsa

kita kehilangan lagi

Kita telah kehilangan simfoni burung-burung di pagi hari
berganti jerit riuh kendaraan, manusia-manusia yang berlari
didesak. Didesak-desak
kebutuhan-kebutuhan manusia kini
berlari mengejar materi. tamak.
tak henti. tak hentihenti

Kita telah kehilangan lembut angin
menerbangkan aroma rumput wangi
berganti aroma sampah bertebaran

Kita telah kehilangan murni udara pohon-pohon hijau

Kini hanya tersisa
hutan-hutan yang risau
satwa-satwa yang gelisah
pohon-pohon yang resah
(kapan giliran mereka disesah?)

Kita telah kehilangan senja dan langit berwarna jingga
di hari-hari kita
berganti kini dengan keruh mega
tertutup emisi gas rumah kaca

Kita telah kehilangan musim yang manis
Yang dulu silih berganti dengan teratur
tak seperti kini
hujan dan kemarau tertukar
pada musim yang tak benar

Kita telah kehilangan
Tak terhitung bilangan

Akankah kita kehilangan lagi
anak-anak masa depan
tanpa harapan?


ptrnbjk

Ini salah kita

Mengapa burung tak bernyanyi
mengapa hutan tak ada lagi
mengapa banjir melanda bumi

mengapa satwa tak berbunyi
mengapa hutan terbakar lagi
mengapa pohon sudah menghilang
mengapa longsor terjadi lagi
ini juga salah kita semua

-ufi-

alam tak diam

Gemericik suara air yang mengalir
Belaian angin yang lembut
Menyibakkan mahkotaku
Mengurai makna
Bahwa alam ini tak diam

Alam ini bicara
Dengan bahasanya yang lembut
Diiringi mozaik abadi
Yang selalu menghibur kita

Berikan kasih sayangnya
Memberikan kedamaian dijiwa
Memberikan warna dalam hidup

Lalu mengapa kita tidak menyayangnya
Memberikan sentuhan halus hati
Menegurnya dengan senyuman ramah !

अलाम्सिअपा

Gemericik suara air yang mengalir
Belaian angin yang lembut
Menyibakkan mahkotaku
Mengurai makna
Bahwa alam ini tak diam

Alam ini bicara
Dengan bahasanya yang lembut
Diiringi mozaik abadi
Yang selalu menghibur kita

Berikan kasih sayangnya
Memberikan kedamaian dijiwa
Memberikan warna dalam hidup

Lalu mengapa kita tidak menyayangnya
Memberikan sentuhan halus hati
Menegurnya dengan senyuman ramah !

Puisi Alam (yang tak terberikan)

Masih seperti hidup berkesan di dalam benakku
Hutan rimba jauh di sana terhias oleh hijau yang abadi beribu-ribu bunga
Kudaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat berbeban

Jika matahari yang kulihat adalah terang
Maka sinarnya belum menerangi seluruh isi ruangku
Silau terhampar
Hilangkan udara segar

Musim hujan segera menuju jurang malam
Lambat laun mengantar siang
Jiwa alam gemulai lunglai
Bara menyala membuang jiwa lajang yang merdeka

Pesanmu berhujanan menghambur bergegas
Cinta tak dapat untuk kau berikan

N_S

pohon dan laut

dipepohonan
burung-burung belajar berbicara
dengan lidah kecilnya,
tapi aku tak mengerti,
dilaut
ikan-ikan belajar terbang
dengan sayap yang keperak-perakan,
tapi aku tak mengerti.
karena aku hanyalah hutan kecil yang
tak tahu kenapa ditanam dialam untuk
dimusnahkan.

Katanya

Katanya kalian adalah tanganNya untuk kami
Nyatanya kalian hanya panjang tangan
Malang melintang di hutan kami
Menebar benci dan dengki

Katanya ajaran yang di amanatkan kepada kalian adalah cinta kasih
Nyatanya sekedar cinta pada diri yang tak terkendali
Katanya kalian pencinta alam
Nyatanya sekedar suka bercinta dengan alam

Dari kami kalian berasal
Tapi kami asing dengan kalian
Kalian toreh kulit kayu dan batu kami
"hanya tuk sekedar nama-nama kecil

Jinjinglah terompahmu
Injaklah kaki di batu-batu kecil kami yang memberi refleksi
Berwudhu'lah di air kami
Basuh mukamu sepuas syukurmu

Syukur jauh dari sekedar memuji-Nya
Syukur jauh dari sekedar menikmati
Makanlah dengan tangan telanjang di tepi kolam kami
Bersama teratai,capung,burung,katak dan burung-burung kami
Bersatulah dengan kami

Binalah tempat berpijakmu ini
Niscaya akan kami mintakan kepadaNya
Pemilik jagad ini
"tuk meneguhkan kedudukanmu dimuka bumi

Sampai suatu saat,
Kami kehilangan dari pandanganmu
Karena kami hanya segelintir ayat-Nya
Di jagad-Nya yang luas ini

S-B

bila

Bila angin
kehilangan desirnya
daun-daun kering
takkan mau
meluruhkan tubuhnya

Bila langit
kehilangan kebiruannya
burung-burung
takkan mau
mengepakkan sayapnya

Bila sungai
kehilangan kejernihannya
ikan-ikan
takkan mau
mengibaskan ekornya

Bila bulan
kehilangan sinarnya
malam-malam
akan gelap tanpa cahaya

Bila hutan
kehilangan pohon-pohon
hewan-hewan
kehilangan tempat tinggalnya

Bila bukit
kehilangan kehijauannya
sungai-sungai
akan kering selamanya

Bila petani
kehilangan sawah ladangnya
kanak-kanak
akan menitikkan air mata

Bila manusia
kehilang kemanusiaannya
alam semesta
akan tertimpa bencana
dan bertanya angin kering
"Perlukah memanusiakan manusia?".

Selasa, 28 Oktober 2008

Alam yang Megah

Angin yang berhembus pelan
Menggoyang rerumputan di sekitarnya
Kicauan burung nan merdu
Disertai pepohonan nan bergoyang
Menambah semaraknya alamku
Alam yang megah

Kupandang lagi jauh alamku
Dan kembali teringat olehku perbuatan yang kejam
Perbuatan kejamku, kamu dan yang lainnya
Yang telah merusak alam sendiri
Dan menjadikannya sesuatu yang tidak berguna lagi

Kini, alamku memang tak seindah dulu
Tapi, aku dan semuanya berjanji
akan terus menjaga mu dari intaian
makhluk-makhluk pengganggu

Hei!!
Jangan termenung saudaraku
Bangkitlah,
Ayo, kita jaga alam kita
Agar kembali seindah dan semegah dulu


from R-k

sendiri

Sendiri

itulah yang sering terucap

saat tidak memiliki siapapun

merasa diri sangat bodoh

sangat bersalah

ketika semua telah berakhir

dan berada dalam sendirian

kegelapan menyelimuti

wajah menampakkan ketegaran

tetapi apakah benar?

apakah yang dilakukan ini benar?

apakah tidak ada kata tangis

dan penyesalan

tangis yang terus-menerus

menyesali diri ini

benci terhadap diri ini

muak terhadap diri ini

tapi ada satu hal

keinginan kecil

jauh di lubuk hati

untuk mencari

secercah cahaya

sebuah tangan

untuk berharap

dapat membawa kembali

kepada kebersamaan

dalam sinar mentari pagi

dan tertawa kembali

Hanya untuk langit

Malam ini langit tak berbintang
Hujan turun dengan begitu deras
Saai itu kutahu....
Bahwa langit mengerti atas kesedihanku
Langit mengerti atas semua penderitaanku
Untuk itulah langit menurunkan hujan untukku
Langit ingin melihatku bahagia
langit ingin melihatku tersenyum...
Kuberlarian dengan diguyur air hujan yang dingin
Supaya hujan menghapus semua air mataku...
Semua penderitaan dan kesedihanku...
Semuanya akan hanyut bersama air yang mengalir..
Biarlah...
Biarlah semuanya berlalu
Akan kubuka lembaran yang baru...
Dan gadis ini akan memperlihatkan senyuman terindahnya...
Hanya untuk langit

from WSU

Rabu, 22 Oktober 2008

Edelweis dan keabadiannya

siapa yang tidak kenal dengan bunga yang satu ini. saya yakin semua yang mengaku mapala atau komunitas pecinta alam pasti akan dengan segera mengakui bahwa ia mengenalnya. namun apa jadinya jika keabadian bunga ini diusik oleh tangan-tangan jahil, yang kemudian memetiknya untuk dibawa pulang. lebih parah lagi kalo dipetik hanya untuk pembenaran atau bukti bahwa ia telah mencapai puncak gunung tertentu.

bunga Edelweis ada beberapa macam warnanya, tergantung dari habitat dimana ia tumbuh. di gunung Arjuno dan Welirang (jawa-timur), bunga ini akan berwarna sedikit kkuningan. di beberapa gunung lain, warnanya pun akan lain. biru, sedikit kemerahan. yang paling banyak ditemui adalah warna putih. ada juga yang berwarna-warni (karena di cat oleh penjualnya, hehehe….)

sekiranya bunga ini dipetik, dan kemudian di tunjukkan pada orang lain yang ada di bawah (yang gak ikutan naik gunung, mis), saya bisa menyebutnya sebagai suatu perusakan ekosistem dan habitat. meskipun bunga ini disebut juga dengan bunga abadi, namun alangkah lebih baiknya jika kita tidak memetiknya dan menjadikannya sebagai hiasan di rumah. lebih parah lagi jika bunga ini nantinya akan diberikan pada kekasih pujaan hati. Wuih…….ga Gentle banget tuh orang. kalo jadi cewek yang dikasih bunga, malah ku suruh balkin lagi aja di tempatnya semula.

sudah banyak peraturan yang melarang untuk membawa pulang bunga edelweiss ini. di Gunung Semeru, siap-siap jika ketahuan memetik bunga ini, berendam di Ranu Kumbolo atau Ranu Regulo. Wuih…dingin banget. makanya, jangan coba2 ngambil ya. kalo diambil� terus, maka keabadiannya akan hilang lho….. kesadaran akan kestabilan habitat dan ekosistem lingkungan akan membuat kita semakin bijak dalam memahami alam. So…..don’t take this flower home. I mean it….� :-)

Teknik Dasar Alam Bebas

"Setiap tahun banyak sudah korban berjatuhan disetiap pendakian....takdirkah? atau karena
ulah manusianya sendiri?"





Berita duka datang silih berganti. Banyak rekan-rekan pendaki mengalami musibah maut dalam kegiatan alam bebas ini. Orang mungkin bisa saja mengatakan itu adalah 'takdir'. Ya...itu memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, tapi manusia juga ikut menentukan takdirnya sendiri. Adakah yang salah?

Bila kita perhatikan gejala para pendaki lokal (memang tidak semuanya), mereka melakukan pendakian lebih banyak mengandalkan tenaga dan keberanian atau bisa dibilang nekat. Padahal dalam melakukan pendakian banyak hal yang perlu diperhatikan.

Itulah mengapa ada yang dinamakan Manajemen Perjalanan/Pendakian. Segala sesuatunya harus diatur dan dianalisa. Walupun kita hanya melakukan pendakian biasa bukan sebuah expedisi. Namun Manajemen Perjalanan harus tetap diterapkan. Bahkan hal-hal kecilpun harus dipikirkan.

Bila saja para pendaki memahami dasar-dasar manajemen perjalanan, maka akan semakin meminimalkal musibah dan korban kegiatan alam bebas ini. Kebanyakan korban yang jatuh akibat bahaya subjektif (dari diri sendiri). Ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang Manajemen Perjalanan dan teknik hidup di alam bebas.

Dan satu hal yang juga penting adalah menjaga ahlak kita, bagaimana kita bersikap terhadap alam, karena kadang faktor 'X' pun bisa menjadi sebabnya.

mt.pangrango

mt.pangrango